<endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <title><endnote><head> <meta> <title>edit All 'Bout dentistry

 

All 'Bout Dentistry

segalanya tentang gigi dan gusi
galery
waktu setempat
buku tamu

Free shoutbox @ ShoutMix
statistik
sahabatku
Other things
rina
Copy kode di bawah dan masukkan di situs/blog Anda


Manfaat Air Garam Terhadap Radang Gusi
Sunday, April 1, 2007

Berbicara tentang masalah kesehatan gigi dan mulut pastilah tak habis-habisnya. Setiap hari selalu saja ada orang yang mengeluh sakit gigi, entahkah itu disebabkan karena gigi berlubang, atau gusi yang membengkak. Namun sayangnya, kebanyakan orang datang ke dokter gigi ketika sudah merasakan sakit yang amat sangat. Seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi seandainya mereka rutin datang ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk melakukan pemeriksaan secara berkala, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kerusakan gigi berlanjut, karena sebagai mana kita ketahui di dalam dalam rongga mulut banyak sekali terdapat berbagai macam penyakit gusi, yang tanpa disadari dapat beresiko besar menimbulkan sakit gigi.
Salah satu penyakit tersebut adalah radang gusi (gingivitis) yang merupakan penyakit dalam rongga mulut yang sangat umum sekali terjadi pada setiap orang. Seringkali ditandai dengan adanya perubahan bentuk menjadi lebih membulat dan besar, warna gusi menjadi lebih kemerahan, tekstur menjadi licin, konsistensi gusi lunak dan seringkali disertai adanya perdarahan pada gusi saat menyikat gigi. Pada umumnya, setiap orang mengalami radang gusi dengan tingkat keparahan yang sangat bervariasi tergantung dari umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Faktor lokal penyebab radang gusi adalah penumpukan bakteri plak berupa Streptococcus sanguis yang terdapat di daerah tepi gusi. Karena terus dibiarkan dalam jangka waktu 4 sampai 5 hari tanpa tindakan pembersihan maka bakteri beserta produk hasil metabolismenya berupa eksotoksin, endotoksin, asam laktat dan berbagai macam enzim khususnya tripsin tersebut, berinvasi masuk ke jaringan gusi yang lebih dalam dan kemudian bereaksi sehingga menyebabkan kerusakan pada gusi.
1. Gusi Sehat 2. Gingivitis ringan 3. Gingivitis sedang 4. Gingivitis berat
Perbandingan gambaran gusi sehat dengan gusi yang mengalami peradangan ringan sampai berat. (Color Atlas of Dental Mediceine, Periodintology)
Penyakit radang gusi yang timbul dalam waktu yang lama jarang sekali menimbulkan rasa sakit atau nyeri, sehingga sering kali kurang mendapat perhatian dan akhirnya dibiarkan begitu saja tanpa perawatan yang baik dan benar. Dalam upaya mencegah berlanjutnya radang gusi yang disebabkan oleh akumulasi bakteri plak maka dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan tindakan secara mekanis, kimiawi atau gabungan keduanya. Pembersihan secara mekanis dengan sikat gigi merupakan cara yang paling efektif, guna mencegah berkembangnya penyakit gusi lebih lanjut, namun kurangnya motivasi dan pengetahuan dalam menguasai teknik pembersihan plak secara mekanis dengan sempurna misalnya pada individu dengan cacat jasmaniah atau mental yang kemungkinan harus bergantung terus kepada orang lain menyebabkan penderita tidak melakukan pembersihan secara baik dan benar (Soeroso, 1997). Disamping itu juga penyikatan gigi akan menimbulkan rasa sakit pada orang yang sedang mengalami radang akut. Maka dari itu dengan adanya keterbatasan-keterbatasan diatas dibutuhkan metode kontrol plak lain untuk mengurangi radang gusi yaitu secara kimiawi. Berkumur dengan bahan kimia yang mengandung antiseptik seperti air garam diharapkan dapat menghambat atau menekan pertumbuhan bakteri. (Kidd and Bechal, 1992).
Saat ini, di pasaran banyak beredar obat kumur dengan berbagai macam jenis dan kegunaan, diantaranya yaitu obat kumur yang mengandung bahan aktif Povidone, Chorhexidine, Cetylpyridinium Chlorida. dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut selain harganya cukup mahal juga memiliki efek samping diantaranya pewarnaan pada gigi, penurunan kepekaan pengecapan pada lidah, serta terkadang dapat terjadi iritasi dan deskuamasi pada membran mukosa (Setiadi,1999), maka dari itu diperlukan sebuah alternatif lain untuk terapi pencegahan dan pengobatan radang gusi berupa air garam, dengan alasan selain memiliki efek samping yang kecil, garampun merupakan bahan dengan harga yang murah serta mudah untuk diperoleh sipapun, kapanpun dan dimanapun.
Obat kumur menurut ADA (American Dental Association) harus dapat membunuh organisme patogen atau yang bersifat antibakteri. Obat kumur harus dapat membantu membersihkan sisa makanan dalam mulut, untuk mencapai tujuan tersebut dapat digunakan larutan Natrium Klorida dengan kosentrasi 1,5 %. Beberapa studi menunjukkan fungsi khusus dari air garam di bidang kesehatan diantaranya adalah untuk melenturkan dan mengurangi rasa nyeri pada otot yang sakit. Berkumur dengan air garam juga dapat menurunkan suatu peradangan, menyembuhkan infeksi dan bersifat astrigen yang dapat menguatkan gusi (Saphira, 2004). Sejak zaman dahulu, larutan garam telah direkomendasikan, di China 2700 SM, dinyatakan bahwa berkumur merupakan perawatan untuk penyakit gusi. Zaman dahulu Hipokrates memerintahkan untuk mencampur garam dengan air untuk berkumur (Douglas, 2004).
Menurut Standart Industri Indonesia, (1976) dikatakan bahwa garam merupakan kristal berwarna putih, tidak berbau, rasa asin dan mudah larut dalam air yang merupakan gabungan bahan-bahan kimia dalam jumlah besar, meliputi kapur, gips, magnesium, garam amonium serta garam dapur. Garam (NaCl) mempunyai berat molekul 58,44 g/mol (Kompas-Kesehatan, 2006). Secara umum, garam memiliki sifat mudah larut dalam air jika kedua ion terpisah dan dapat menghantarkan listrik (Wikipedia, 2004). Air garam adalah larutan dari senyawa kimia sederhana yang terdiri dari atom-atom yang membawa ion positif berupa Natrium (Na+) dan ion negatif Chlorida (Cl-). (www.medicastore.com 2004).
Air garam mempunyai dua pengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri. Pada konsentrasi rendah akan merangsang pertumbuhan bakteri (Takada and Fukushima, 1986). Namun sebaliknya, garam dalam bentuk murni atau dengan konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik karena unsur klorida yang terdapat didalammnya termasuk golongan halogen yaitu oksidator kuat yang mampu mematikan bakteri. (Bellringer, 2000). Unsur lain yang terdapat didalam garam adalah iodium sebagai germisid paling tua dan efektif untuk mikroorganisme, tidak menimbulkan warna dan sifat iritasi kecil (Pelczar and Chan, 1998).
Air garam yang digunakan untuk mengurangi radang gusi tentulah air garam yang berasal dari garam dapur yang beriodium. Air garam ini haruslah memiliki konsentrasi lebih dari 0,9 % berupa larutan hipertonis yang mempunyai tekanan osmosis yang lebih besar dari cairan yang ada di dalam sel. Perbedaan tekanan osmosis ini menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik ke luar sel sehingga sitoplasma bakteri lama-kelamaan akan menyusut akibatnya sel akan mati atau tidak mampu berkembang biak (Goulding, 1960).
Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan pada Bulan Agustus 2006, melalui eksperimental semu dengan desain pre and post study. Sampel penelitian diperoleh dengan teknik purposive sampling menggunakan double blind system. Jumlah naracoba sebanyak 34 orang dengan rentan umur 18 – 45 tahun. Standart pemeriksaan radang gusi dengan mengunakan Indeks gingiva Löe & Silness maka dihasilkan sebanyak 64,71 % dari naracoba mengalami penurunan radang gusi secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Talaro dan Tan, (1996) bahwa larutan garam dengan konsentrasi yang lebih tinggi dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Adapun teknik dan cara pembuatan larutan garamnya adalah dengan mencampurkan garam dapur sebanyak 3,75 gram kedalam 250 ml air aquades hangat atau setara dengan segelas air minum biasa. Kemudian dikocok dengan sendok sampai larut secara merata. Berkumur dilakukan selama 1 menit dengan mengganti obat kumur sebanyak dua kali dan berkumur dengan menggerakkan oto-otot pipi, bibir dan lidah secara maksimal, setelah berkumur usahakan untuk tidak makan, minum atau berkumur dengan larutan lain selama ±1 menit. Hal ini bertujuan agar larutan garam tersebut dapat bereaksi lebih lama terhadap jaringan yang meradang. Berkumur tersebut dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur selama batas waktu yang tidak ditentukan. Selama penggunaan kemungkinan akan menimbulkan beberapa efek samping seperti rasa mual untuk beberapa orang yang sensitif dengan rasa asin, dan bisa juga menimbulkan iritasi ringan dalam rongga mulut jika konsentrasinya terlalu tinggi.
posted by riwan.drg @ 7:58 PM   0 comments  
martariwansyah
riwan
Name: riwan.drg
Home: Bandung
About Me: Calon dokter gigi
See my complete profile
Baru dipost
Archives
informasi
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER

© All 'Bout dentistry Template by Isnaini Dot Com